Percaya atau tidak, dalam waktu dekat RI akan menjadi negara dengan pengguna ponsel pintar BlackBerry terbesar di dunia. Hingga pertengahan 2009 saja, jumlah pengguna ponsel Research in Motion (RIM) itu sudah mencapai angka 300-400 ribu pelanggan.
Soal pertumbuhan jangan ditanya, tahun lalu ponsel itu melesat hingga hampir mendekati 500 persen. Meski angka pengguna masih di bawah Amerika Serikat dan Kanada yang rata-rata mencapai satu juta tapi diproyeksikan Indonesia tidak akan perlu waktu lama untuk mengejar ketertinggalan itu.
Chief Marketing Officer Indosat, Guntur Siboro, meyakini, pengguna BlackBerry di Indonesia akan menempati posisi tertinggi di dunia tidak lama lagi. “Saya rasa Indonesia tak lama lagi akan melampaui AS dan Kanada,” katanya.
Dari sisi konsumen, RIM pada dasarnya memiliki pangsa pasar yang empuk untuk “bermain” di Indonesia. Tidak sekadar pasar corporate, pasar konsumer pun mulai menjadikan BlackBerry sebagai “the most wanted” handset di Tanah Air.
Bahkan ada sebagian orang yang rela mengajukan aplikasi Kredit Tanpa Agunan (KTA) ke perbankan untuk sekadar memuaskan keinginan demi memiliki ponsel impian, si cerdas BlackBerry.
Diperkenalkan pertama pada pertengahan Desember 2004 oleh operator Indosat dan perusahaan Starhub tidak menjadikan BlackBerry kesulitan untuk segera merebut hati para pencinta ponsel di Indonesia.
Tidak berselang lama, pasar BlackBerry kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air yakni Excelcom dan Telkomsel. Excelcom menyediakan dua pilihan layanan yaitu BlackBerry Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server+ (BES+).
Natrindo Telepon Seluler (Axis) enggan ketinggalan menikmati manisnya kue berbisnis layanan BlackBerry di Indonesia. Pada pertengahan tahun ini, operator itu meluncurkan layanan berbasis BlackBerry yang amat diminati.
Smart Telecom dan Hutchison CP Telecom (Tri/3) siap menjadi operator berikutnya dan bergabung menjadi mitra RIM.
“Untuk BlackBerry kami sedang dalam proses assesment dengan RIM (Research in Motion),” kata Deputy General Manager New Business Services/Product Innovations Hutchison CP Telecom Indonesia, Hiro Wardana.
Ia mengakui, Tri tidak menjadi operator pertama yang menawarkan layanan BlackBerry, tetapi ia menjamin layanan yang diberikan pihaknya memiliki nilai tambah yang tidak ditawarkan operator lain. Pihaknya sendiri menilai market BlackBerry di Indonesia sangat menarik, dinamis, dan menjadi fenomena khusus.
Di koridor yang berbeda, Telkom (Flexi), Bakrie Telecom, dan Mobile-8 Telecom juga telah menyatakan diri cukup berminat mengisi pasar yang sama. Jadi, dapat dipastikan dengan semakin banyaknya penyedia layanan, pasar BlackBerry akan semakin mempesona di Indonesia.
BlackBerry menjadi salah satu handset yang paling diinginkan di Indonesia. Si ponsel pintar itu telah menjadi simbol status dan menaikkan nilai gengsi penggunanya.
“Hanya di Indonesia, BlackBerry digunakan oleh user non-corporate kalau di negara lain, BlackBerry digunakan untuk kepentingan corporate,” kata PR Manajer Hutchison CP Telecom, Arum K. Prasodjo.
Sayang, meski pertumbuhan pasar BlackBerry di Indonesia luar biasa pesat, RIM tidak segera merespon dengan membuka service center dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang sulit dimengerti.
RIM dengan BlackBerry-nya terkesan menjadi handset yang mempesona dengan kesombongan luar biasa lantaran diperlakukan layaknya raja di pangsa perponselan tanah air.
Jika pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) tidak mendesak perusahaan itu untuk segera membuka service center dengan membekukan pengajuan sertifikasi impor, pembukaan cabang RIM di Indonesia layaknya jauh api dari panggang.
Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) bersama Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menghendaki kantor RIM-Authorized Repair Facility di Jakarta lebih besar dibandingkan kantor serupa di negara-negala lain di Asia, mengingat pertumbuhan BlackBerry di Indonesia tercatat yang paling tinggi di kawasan ini.
“Departemen Kominfo dan BRTI menghendaki agar kapasitas RIM-Authorized Repair Facility yang ada di Jakarta ini harus lebih besar dibandingkan dengan yang berada di negara-negara sekitar Asia, mengingat pertumbuhan BlackBerry di Indonesia tercatat yang paling tinggi di Asia,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kominfo, Gatot S. Dewa Broto.
Menurut dia, RIM-Authorized Repair Facility di Jakarta yang baru dibuka akhir Agustus 2009 harus bersifat total solution, sama seperti yang menjadi persyaratan internasional.
Dengan demikian, jika ada handset yang mengalami kerusakan cukup berat tidak perlu dikirim ke RIM-Authorized Repair Facility di negara lain yang terdekat dengan Indonesia. sumber : inilah.com
Soal pertumbuhan jangan ditanya, tahun lalu ponsel itu melesat hingga hampir mendekati 500 persen. Meski angka pengguna masih di bawah Amerika Serikat dan Kanada yang rata-rata mencapai satu juta tapi diproyeksikan Indonesia tidak akan perlu waktu lama untuk mengejar ketertinggalan itu.
Chief Marketing Officer Indosat, Guntur Siboro, meyakini, pengguna BlackBerry di Indonesia akan menempati posisi tertinggi di dunia tidak lama lagi. “Saya rasa Indonesia tak lama lagi akan melampaui AS dan Kanada,” katanya.
Dari sisi konsumen, RIM pada dasarnya memiliki pangsa pasar yang empuk untuk “bermain” di Indonesia. Tidak sekadar pasar corporate, pasar konsumer pun mulai menjadikan BlackBerry sebagai “the most wanted” handset di Tanah Air.
Bahkan ada sebagian orang yang rela mengajukan aplikasi Kredit Tanpa Agunan (KTA) ke perbankan untuk sekadar memuaskan keinginan demi memiliki ponsel impian, si cerdas BlackBerry.
Diperkenalkan pertama pada pertengahan Desember 2004 oleh operator Indosat dan perusahaan Starhub tidak menjadikan BlackBerry kesulitan untuk segera merebut hati para pencinta ponsel di Indonesia.
Tidak berselang lama, pasar BlackBerry kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di tanah air yakni Excelcom dan Telkomsel. Excelcom menyediakan dua pilihan layanan yaitu BlackBerry Internet Service dan BlackBerry Enterprise Server+ (BES+).
Natrindo Telepon Seluler (Axis) enggan ketinggalan menikmati manisnya kue berbisnis layanan BlackBerry di Indonesia. Pada pertengahan tahun ini, operator itu meluncurkan layanan berbasis BlackBerry yang amat diminati.
Smart Telecom dan Hutchison CP Telecom (Tri/3) siap menjadi operator berikutnya dan bergabung menjadi mitra RIM.
“Untuk BlackBerry kami sedang dalam proses assesment dengan RIM (Research in Motion),” kata Deputy General Manager New Business Services/Product Innovations Hutchison CP Telecom Indonesia, Hiro Wardana.
Ia mengakui, Tri tidak menjadi operator pertama yang menawarkan layanan BlackBerry, tetapi ia menjamin layanan yang diberikan pihaknya memiliki nilai tambah yang tidak ditawarkan operator lain. Pihaknya sendiri menilai market BlackBerry di Indonesia sangat menarik, dinamis, dan menjadi fenomena khusus.
Di koridor yang berbeda, Telkom (Flexi), Bakrie Telecom, dan Mobile-8 Telecom juga telah menyatakan diri cukup berminat mengisi pasar yang sama. Jadi, dapat dipastikan dengan semakin banyaknya penyedia layanan, pasar BlackBerry akan semakin mempesona di Indonesia.
BlackBerry menjadi salah satu handset yang paling diinginkan di Indonesia. Si ponsel pintar itu telah menjadi simbol status dan menaikkan nilai gengsi penggunanya.
“Hanya di Indonesia, BlackBerry digunakan oleh user non-corporate kalau di negara lain, BlackBerry digunakan untuk kepentingan corporate,” kata PR Manajer Hutchison CP Telecom, Arum K. Prasodjo.
Sayang, meski pertumbuhan pasar BlackBerry di Indonesia luar biasa pesat, RIM tidak segera merespon dengan membuka service center dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang sulit dimengerti.
RIM dengan BlackBerry-nya terkesan menjadi handset yang mempesona dengan kesombongan luar biasa lantaran diperlakukan layaknya raja di pangsa perponselan tanah air.
Jika pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) tidak mendesak perusahaan itu untuk segera membuka service center dengan membekukan pengajuan sertifikasi impor, pembukaan cabang RIM di Indonesia layaknya jauh api dari panggang.
Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) bersama Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menghendaki kantor RIM-Authorized Repair Facility di Jakarta lebih besar dibandingkan kantor serupa di negara-negala lain di Asia, mengingat pertumbuhan BlackBerry di Indonesia tercatat yang paling tinggi di kawasan ini.
“Departemen Kominfo dan BRTI menghendaki agar kapasitas RIM-Authorized Repair Facility yang ada di Jakarta ini harus lebih besar dibandingkan dengan yang berada di negara-negara sekitar Asia, mengingat pertumbuhan BlackBerry di Indonesia tercatat yang paling tinggi di Asia,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kominfo, Gatot S. Dewa Broto.
Menurut dia, RIM-Authorized Repair Facility di Jakarta yang baru dibuka akhir Agustus 2009 harus bersifat total solution, sama seperti yang menjadi persyaratan internasional.
Dengan demikian, jika ada handset yang mengalami kerusakan cukup berat tidak perlu dikirim ke RIM-Authorized Repair Facility di negara lain yang terdekat dengan Indonesia. sumber : inilah.com
memang blackberry menjadi fenomena di indonesia..bahkan OB . pembantu pun sudah bnyk yg memilikinya
ReplyDeletejasa kontraktor